Rumah Bahasa, Rumah Harapan Anak Muda

Primary tabs

Rumah Bahasa, salah satu program Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pendidikan dan kebudayaan (Dikbud), resmi membuka pendaftaran (12/2). Program kursus bahasa inggris gratis ini membuka pendaftaran hingga tanggal 10 Maret mendatang.

Para pemuda pemudi pemburu beasiswa atau Scholarship Hunter sangat antusias dengan dibukanya program ini. Terutama bagi yang masih terkendala score TOEFL atau IELTS sebagai syarat mendapatkan beasiswa. Pasalnya, di tahun pemerintahan Gubernur baru NTB, Dr. Zulkieflimansyah, banyak dibuka kesempatan beasiswa untuk bersekolah ke luar negeri.

"Saya ingin melanjutkan S2 ke Malaysia. Tapi masih terkendala score TOEFL. Pas liat pamflet open recruitment Rumah bahasa, saya merasa mimpi saya ada di depan mata. Saya langsung daftar," tutur Abdul Hanan Marwan Sarjana Teknik informatika kepada Tim Media (13/2).

Tak jauh beda dengan Hanan, Lu'luil Maknun atau yang biasa disapa Luluk, alumni Universitas Islam Negeri Mataram jurusan Hukum Bisnis Islam mengaku dengan adanya kursus gratis ini membuatnya semakin mantap untuk memperdalam Bahasa Inggris. Sebagai bekalnya melanjutkan sekolah dan sebagai skill tambahan untuk mengembangkan passionnya di bidang bisnis.

"Kalau mau ikut kursus TOEFL di Bimbel biayanya cukup mahal bagi saya. Jadi dengan adanya Rumah Bahasa ini, saya tidak perlu memikirkan uang untuk belajar lagi," tuturnya.

Fathul Rahman salah seorang netizen juga mengungkapkan harapannya pada Rumah Bahasa yang akan dilaunching Maret mendatang. Anggota Bidang Kelembagaan tersebut menulis pada akun facebooknya sekiranya program kursus gratis Rumah Bahasa ini dapat diberikan kepada anak muda yang membutuhkan.

"Saya berteman dengan orang-orang yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Orangtua mereka buruh tani, pekerja rumah tangga, tukang pembuat batu bata, peternak kecil. Sambil belajar mereka ikut menjadi buruh, menjadi tukang, bahkan ada yang menjadi TKI untuk mengumpulkan modal awal kuliah. Walaupun tidak mensyaratkan batasan usia, saya berharap program ini ditujukan untuk yang berusia di bawah 30 tahun. Sementara untuk yang program S2 memberikan kesempatan kepada yang belum S2 dan bukan dalam kalangan dosen, usia di bawah 30 tahun. Sebab dosen memiliki kesempatan lebih besar dengan mengikuti program lainnya," tulisnya. (novita-tim media)